Sabtu, 26 Desember 2009

Cerpen Puisi Biru

Aku tahu dan memahami, mengejarmu adalah sama dengan mengejar bayang

Aku tahu dan memahami, bahwa mengejarmu adalah sama dengan mengejar diriku sendiri..

Aku adalah sebatang lelaki letih yang terbaring lesu di bawah tumpukan dedaunan akasia, lembab, basah,

Haruskah kujadikan monolog ini sebagai bukti bahwa cinta sejati memang ada, atau hanyalah…sebatas ada dalam sebuah dongeng, tanpa ujung.



Terus saja puisi ini mengiang dalam bayang diriku. Gundah. Pecah. Karena kekerdilan diriku, merasa sok percaya bahwa segala sesuatu di dunia ini bisa diselesaikan dengan segala idealisme yang kuanut selama ini. Orang bilang, sok suci! Mentari kuanggap hanya mampu sebagai penghangat sementara saja, tidak memiliki sebuah arti, lebih berarti dari hati dan isi batok kepala ini. EGOIS!



“ Kau memang lelaki keparat!” Gumam Andri memojokkan diriku. “ Dia datang jauh-jauh dari Malang untuk menemuimu. Dia hanya sekedar meminta ciuman cintamu, tidak lebih dari itu. Makan tuh idealisme keparatmu!”



“ Rupanya kau lah yang perlu kukasih sebuah alasan sederhana. Cinta sejati, Dri!” Aku memang selalu membela diri meski dalam kegamangan sekali pun.



“ Alahhh…. Cinta sejati keparat!” Dia membanting buku AKU-nya Chairil Anwar, “ Habiskan harimu dengan bayangan cinta sejatimu sampai tua nanti, jika memang cinta sejati itu memang ada!”



Hingga kutinggalkan dia sendiri. Dan rupanya dia pun sudah mulai jenuh dengan keberadaan diriku. Aku duduk di kamar menatap dinding basah. Cat memburam menampilkan senyum sinis wajahnya. Dia…Putri dari Malang itu memang cantik. Dinding kamar melukis sekilas wajah silih berganti, Dia, Ibuku, Adikku, semua bayangan yang selama ini aku pertahankan. Duhh…Quasimodo pun muncul, lelaki jelek dan bongkok yang berhasil memikat seorang putri cantik dengan persembahan cinta sejatinya.



Di depan rumah ,sebuah mobil Jazz berhenti, dari dalamnya keluar sosok wanita, Putri, wanita yang selama ini hanya muncul dari dalam dunia mayaku, kecantikan yang hanya bias kuperhatikan dari poto-potonya yang selalu dia kirim melalui imel saja. Kini berdiri, menghiburku dengan selambai senyum, jangkung tinggi perawakannya tertutup oleh rambut panjang hingga punggung, lurus.



“ Kang ….!” Teriaknya girang. Karena memang sejauh ini, dia begitu menginginkan pertemuan denganku. Dia sudah hapal betul wajahku, hampir setiap hari kami bertemu dalam dunia bayang, mungkin dalam mimpi pun pernah.



“ Putri…..!” Sambutku. “ Mari masuk…..” ramah tamah memang selalu berjalan alakadarnya, keluar dari orang sepertiku sekalipun agak egois.



“ Put….!” Bisikku, “ terima kasih kau telah jauh-jauh datang dari Malang untuk menemuiku..”



Dia mengiringi langkahku. Masuk ke dalam rumah. Andri duduk terpojok di kursi panjang. Menatap orang baru, terpesona dengan kecantikannya mungkin.



Sejauh ini, Putri hanya diam, tidak seperti ketika dalam telpon, ramah, tidak mengumbar birahi, memang..mungkin demikianlah dia apa adanya seperti saat ini ketika ada di hadapanku. Tapi..aku memang lelaki keparat, sok suci!



” Put…ingin sekali aku berlama-lama menatap dirimu, namun…aku ada acara mendadak, mohon izinkan aku pergi sebentar dan tunggulah aku!”



Ah, rupanya dia setuju. Begitu mulia bagiku wanita seperti dia, namun….sikap egois ini telah menutup mata bathinku, aku harus pergi dan meninggalkan dirinya dengan alasan yang kureka-reka, tanpa alasan.



Pulang dari acara yang kureka-reka dan padahal tidak perlu kulakukan semua itu, Putri..telah pulang. Tinggal Andri sendiri membaca buku tebal, khusuk. Tak menghiraukan kehadiranku.



” Putri mana?”



Andri melirik sebentar kemudian meninggalkanku tanpa kata, wajahnya mencerminkan tanda-tanya besar dan kekecewaan kepadaku. Dengusannya amarah, semerah pipinya.



Ketika dia telah pergi, maka rasa sayang, tepatnya cinta semakin menyeruak dalam diriku. Langit-langit tengah rumah kubayangkan adalah batas dunia yang penuh dengan aroma cinta, namun..aku memang lelaki keparat sok suci, sok jual mahal, pura-pura tidak mengharapkan kehadiranya, padahal…kuakui aku memang telah jatuh cinta kepadanya sejak aku mengenal dirinya kendati hanya dalam batas obrolan seputar guyon kelakar.



Kini..kurasakan hampa memang hidup ini ketika sifat sok idealis ,sok suci ,merasa diri benar telah mengerangkeng diriku. Pantas Andri menyebutku lelaki keparat. Dan yang terbayang adalah ucapan ayahku: Jangan sekali-kali kau menyakiti wanita jika engkau tidak ingin disakiti,perlakukan wanita sebagai dirimu sendiri…



Aku menjadi kebo bingung…duduk termenung di hadapan komputer sambil menanti kedatangannya. Sudah tiga minggu dia tidak muncul-mucul. Aku biasa membuka-buka situs beberapa koran, ingin melihat puisi-puisi siapa saja yang diterbitkan oleh koran ternama negeri ini.



Tanganku bergetar hebat, ketika kubaca…puisi dengan judul: Puisi Biru di tulis oleh PUTRI, Malang, 2007…. Yang kubaca hanyalah bayang-bayang dirinya. Kelebat wajah sekilas dengan senyum sinis menampar diriku. Aku semakin jauh terperosok ke dalam kubangan rindu… Dia…wanita itu telah berhasil menorehkan seuntai bait puisi dan terpampang di sebuah koran ternama negeri ini. Sementara aku hanya mampu menorehkan puisi-puisi tak bermakna, rendah, dangkal dengan arti.



Pada kali yang lain, sebuah surat datang menusuk pandanganku.

Kang…maaf, akhir-akhir ini Putri sering tidak online karena sedang mengadakan persiapan acara pernikahan Putri dengan seorang lelaki yang selama ini telah merajut kasih dengan saya. Kang…maaf, jika sebelumnya Putri tidak menceritakan semua ini kepada akang… terima kasih telah menerima saya dengan baik…ketika saya ke Sukabumi….Terima kasih atas cinta akang yang tulus kepada Putri…Kang, semoga akang menerima semua ini… Dan….Putri doakan mudah-mudahan akang segera mendapatkan cinta sejati yang selama ini akang cari….



Hhh…kubantingkan wajah ini. Monolog dalam diriku kini telah menjadi dialog antara aku dengan kekerdilan sikapku, aku dicacimaki oleh bathinku sendiri, dikatai sebagai orang angkuh….rasakan…! Makanya jadi orang itu harus tahu adat, etika, sopan santun.!



Kubuka….blognya, kubaca berulang-ulang tulisan-tulisannya yang penuh luka. Kutatap potonya, kuusap lembut, aku gila! Hingga kucium layar monitor kucium potonya…berdosakah aku melakukan semua ini? Ya…tak mudah bagiku untuk melupakan semua ini…drama ini terlalu sulit untuk kuakhiri..sampai di manakah ujungnya.. entah…

Sukabumi Januari 2007

Untuk seseorang, siapa pun engkau…AKU AKAN TETAP MENCINTAIMU….!

http://warsa.wordpress.com/2007/02/03/cerpen-puisi-biru/

0 komentar:

Birunya Sebuah Hati © 2008 Por *Templates para Você*